Facebook bukan Tuhan & Tuhan tidak menggunakan Facebook

Moh. Rizal Andika Franda Reply 3:36 PM

Perkembangan informasi melalui dunia internet di Indonesia sangatlah pesat, berbicara tentang internet pastinya kita juga telah mengenal sosial media, sosial media merupakan media yang digunakan untuk bersosialisasi dan dilakukan secara online. Karena dilakukannya di dunia maya, sosial media tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Kapanpun, dimanapun, dan siapapun bisa bersosialisasi dengan sosial media.
Sosial media memiliki banyak kategori dan fungsi yang berbeda-beda, diantaranya adalah Social Network (jejaring sosial), ada beberapa contoh jejaring sosial yang sangat populer seperti : Facebook, MySpace, Linked In, Path, dan masih banyak lagi.
Saat ini siapa yang tak kenal Facebook, situs jejaring sosial yang memang fenomenal hingga saat ini. Peminatnya bukan saja remaja, tetapi orang-orang yang berumur sekalipun, artis, bahkan sampai politikus yang ingin menjadikannya sebagai alat politik untuk berkampanye. Situs yang dibuat oleh pemuda bernama Mark Zuckerbeg ini sekarang memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif, di Indonesia sendiri adalah peringkat ke dua terbanyak pengguna Facebook sebanyak lebih dari 12 juta di lansir dari www.tempointeraktif.com. Pengguna Facebook dapat membuat profil pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki tujuan tertentu.
Dari sekian banyak pengguna Facebook kita bisa membayangkan bagaimana traffic disini, dan yang paling mengagetkan mereka membuat akun di Facebook sebagai trend karena sebelumnya mereka tidak mengenal internet sama sekali, disini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia belum siap dengan adanya Facebook karena sebenarnya mereka tidak tahu apa peluang yang bisa di dapat di Facebook.


Banyak beberapa fakta yang mungkin tak pernah terduga sebenarnya oleh pemikiran kita tentang Facebook itu sendiri, diantaranya adalah 35 juta orang mengubah status Facebooknya setiap hari, dari 35 juta itulah berbagai kalimat maupun kata ditulis oleh pengguna aktif Facebook, mulai dari menulis status cerita keadaan, curhat, hingga berdoapun kini banyak kita temukan di Facebook.
Sering saya membaca wall/notes dari teman-teman saya di Facebook. Kadang saya menemukan wall yang bertuliskan doa memohon petunjuk atau memohon mukzizat dari Tuhan. Terus terang saya bingung membaca tulisan tersebut, karena saya berfikir ”Berdoa kok lewat Facebook?, Apa Tuhan punya akun Facebook?" rasanya sangat aneh kalau Tuhan punya akun Facebook.
Di Facebook saya coba mencari Tuhan. Setelah memasukkan kata “Tuhan” di kolom pencarian, muncul sebuah akun. Tapi itu bukan milik-Nya (dengan N kapital), melainkan kepunyaan sebuah band dari Turki. Entah apa arti Tuhan dalam bahasa Turki, karena di kamus online (Google Translate) tak menemukannya, dengan kata lain "Sayapun gagal mencari Tuhan di Facebook!". Kalau pun ada Tuhan di Facebook, itu adalah akun dan  fanpage yang dibuat oleh para penggemar Tuhan.
Mungkin Anda bertanya, kenapa saya iseng mencari Tuhan di jejaring sosial, meski semua orang waras tahu, pencarian itu akan gagal. Keisengan itu muncul karena saya penasaran dengan sejumlah status Facebook dalam bentuk doa. Lalu kenapa orang berdoa di Facebook, jika Tuhan tak ada disana?
Menurut sebagian besar tokoh agama, permohonan kepada Tuhan harus disampaikan secara langsung. Doa adalah dialog pribadi antara kita dan Dia. Tapi kini kita melihat begitu banyak doa tertulis di dunia maya dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Mereka mungkin berharap, Tuhan akan membaca status itu dan mengabulkannya.

Sebenarnya update status doa di Facebook adalah hak semua orang namun "apakah semua itu tepat dan benar menurut agama kita?" mari kita coba lihat sedikit penjelasan yang dilansir oleh cakrawalamuslim.wordpress.com yaitu tentang bagaimana tata cara berdoa yang benar menurut ajaran islam, dan bagaimana cara pengguna Facebook berdoa di dalam update status Facebook, sekaligus bahasan mengenai perbandingan serta persamaan dan perbedaan adab berdoa dari keduanya.

Adab berdoa menurut islam : Menghadap ke kiblat, ditujukan kepada Allah, niat secara ikhlas, mengeluarkan suara lirih dari mulut, bahkan didalam hati, menengadahkan tangan ke langit atau muka.

Adab berdoa dalam Facebook :  Menulis kalimat melalui keyboard menggunakan jari untuk mengetik huruf yang tersedia di keyboard, ditujukan kepada teman-temannya di Facebook karena memang untuk kalangan Facebook, menggunakan organ ujung jari untuk menyusun kata-kata doa supaya tampil di layar.

Berdasarkan persamaanya maka bisa di nilai bahwa niat dari keduanya adalah sama-sama berniat berdoa, tetapi setelah kita nilai perbandingan dan perbedaan dari dua adab tersebut, maka jelaslah bahwa telah terjadi perbedaan yang banyak dalam banyak hal, perbedaan pada tata cara dalam berdoa, terlebih pada cara atau tindakan nyata dalam melakukan doa, sehingga bisa dikatakan berdoa di Facebook sudah pada ambang peyimpangan bahkan sudah mendekati kesyirikan dan kesesatan bahkan menjurus ke arah membuat ajaran baru dalam islam, yaitu dalam bab adab berdoa.
“Kenapa tidak?” kata itulah yang kerap keluar dari seseorang yang kerap berdoa di Facebook. “Tuhan Maha Mendengar, Dia pasti juga tahu apa yang kita sampaikan lewat media online.” Benar, tapi apa perlunya? Kenapa tidak disampaikan dengan khidmat dan khusuk? “Soal kekhusukan, itu tergantung niat,” seseorang itu menjawab. “Kalau kita menulis status itu dengan khusuk, apa salahnya?”
Tentu tak salah, tapi jawaban itu tidak memuaskan. Hanya berkelit dan terkesan defensif atau bertahan saja.
Padahal setelah saya melihat sebagian besar doa itu berisi pengumuman. Misalnya, “Terima kasih Tuhan, Kau telah melancarkan urusanku ini.” Meski berbentuk doa, sebenarnya mereka hanya ingin mengatakan kepada dunia bahwa dia telah berhasil melakukan suatu pekerjaan. Dengan membuat status berbentuk doa, mereka mungkin berharap pengumuman itu tidak terdengar pamer keberhasilan.
Model itu sama dengan model keluh kesah, seperti “Ya Allah, hari ini terasa berat, ringankanlah bebanku.” Dengan doa seperti ini mereka sebenarnya ingin berbagi dengan orang lain. Yang mereka harapkan adalah komentar dari teman-teman: “Sabar ya bu/pak ...”
Yang agak aneh sebenarnya adalah menjadikan Tuhan sebagai “sasaran antara” untuk menyentil orang lain. Misalnya, “Tuhan, sadarkanlah dirinya.” Penulis status ini jelas ingin agar orang yang dituju membaca doa itu dan terusik. Biasanya, komentar dari teman-teman mereka akan berbunyi: “Siapa sih dia?” Dan penulis status akan menjawab: “Ada deh …”
Tentu saja, pemilik akun itu sah-sah saja menulis status apa pun. Akun-akun dia, apa hak kita melarangnya? Tapi, kiranya saya masih percaya, Tuhan lebih mendengar doa yang disampaikan secara langsung, lirih, dan dalam kesepian. Bukan di media sosial yang berisik.     
Selain kontroversi masalah doa yang ditulis pada status Facebook, yang seolah-olah Tuhan mempunyai akun Facebook, kini kiranya kita juga akan memahami bahwa Facebook itu bukan Tuhan, seperti yang ditulis oleh wikarso.blogdetik.com sebagai berikut. 
Sikap berlebih di Facebook yang menyebabkan seakan-akan menuhankan Facebook :

  • Melalaikan Kewajiban
Lebih mementingkan Facebook dari pada memenuhi kewajiban agama. Yakni lebih memilih Facebook dari pada perintah-perintah agama. Misalkan saja, hal ini bisa dilihat ketika dikumandangkan adzan, ada orang lebih memilih Facebook dari pada melaksanakan sholat. Facebook dijadikan hal utama ketimbang sholat. Akibatnya sholat menjadi terbengkalai, waktu pelaksanannya pun diundur-undur sampai mendekati akhir waktu.
Bahkan ada yang tidak sholat lantaran bergelut dengan Facebook yang saat itu sedang asyik. Sehingga jika dipotong untuk sholat sejenak seakan-akan kenikmatan dan keseruan hidup dicabut.
Dan banyak kewajiban-kewajiban lain yang diselewengkan akibat lebih mementingkan Facebook. Kewajiban itu seperti membawa Al Quran, talim, menolong sesama muslim, dan lain-lain. Dan sejatinya dengan memilih Facebook dari pada kewajiban menandakan lebih mementingkan Facebook dan melalaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Taala sebagai Tuhan. Hak-hak itu telah kita dilimpahkan kepada Facebook yang sejatinya hanya makhluk. Bukankah sikap ini termasuk salah satu tanda menuhankan Facebook?

  • Mengisi Hidup Dengan BerFacebook
Ada sebagian orang yang menghabiskan sebagian waktu hari-harinya hanya untuk ber Facebook-an. Mereka meluangkan harinya dengan ber-Facebook ria. Mereka betul-betul menjadi maniak dengan Facebook. Sampai-sampai dari bangun tidur sampai menjelang tidur Facebook sangat melekat di hatinya hingga tidak bisa dipisahkan. Jika dipisahkan maka seakan-akan telah dipisahkan jantung dari badannya (untuk menggambarkan begitu dekatnya Facebook dengan orang tersebut).
Lihat saja orang seperti diatas ketika bangun dari tidur, yang ia lakukan pertama kali bukanlah berdoa. Tetapi ia ambil hpnya dan langsung ber Facebook-an. Selepas bangun dari tidur, ia isi kegiatannya dengan memainkan hp miliknya. Tak lain dan tak bukan hanya untuk ber Facebook-an. Jari jemarinya menari di atas keypad dengan membubuhkan status yang lebay, berkomentar dengan nada mengejek, marah dan penuh kebencian. Ia barengi aktifitasnya dengan Facebook-an. Mulai dari makan, belajar, bekerja sampai di saat mandi dan buang air besar sekalipun. Hari-harinya diisi dengan kegiatan yang sia-sia. Di malam hari, di saat akan menutup mata (tidur), ia meninabobokan dirinya dengan Facebook. Sampai ia tidur pulas di atas belaian Facebook. Ia lupa berdoa. Padahal kita tahu, banyak sekali keutamaan-keutamaan doa ketika bangun dan menjelang tidur. Keutamaan itu antara lain akan dijaga tidurnya sampai ia bangun.
            Sebenarnya semua Facebook tidaklah menjerumuskan kita, jika kita bisa slalu waspada dan introspeksi diri, banyak manfaat juga yang dihasilkan oleh jejaring sosial ini salah satunya adalah media relationship yang digunakan untuk membuat mutual relationship dan mengambil hal-hal positif disana, semua tergantung pada diri kita masing-masing mau menuju kearah yang mana.
Dari penjelasan di atas bukan berarti terlarang sama sekali menggunakan Facebook. Tetapi harus bersikap hati-hati dalam menggunakannya.

Memanfaatkan Facebook seperlunya dengan penuh hikmah. Misalkan untuk bersilaturrahim dan berbagi ilmu. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika Facebook-an adalah tidak berlebihan (ghuluw) dalam update status dan waktu, selain itu berdoa tidak harus diumbar dan diumumkan kepada teman-teman dan keluarga. Berdoa cukup dilakukan antara dirimu dengan Tuhan kita. Hidup ini sebaiknya dijalankan dengan wajar, tidak perlu berlebihan. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada menjadi orang yang selalu membawa topeng atau bermuka dua.

Sumber Referensi        :
  • www.apasih.com
  • www.tempointeraktif.com
  • blog.tempointeraktif.com
  • cakrawalamuslim.wordpress.com
  • wikarso.blogdetik.com
  • almirarahmanita.blogspot.com
  • marketingpalsu.wordpress.com
  • kolomkita.detik.com
  •  
     
* Silahkan cantumkan sumber (ellorametro.blogspot.com) jika ingin menyalin artikel ini serta beri komentar. Terima kasih telah membaca dan berkunjung :-)

Related Posts

Artikel 1323770669682568664

Posting Komentar

O.O
-"-
(*.*)
*-*
="=
o"o?
(T_T)
(--;)
:^D^:
:@v@:
-.-b
(==)
(oxO)
o(O
(--)z
(*0*)
^q^
(o_o)
*_`
**"

Cari

Populer

Ikuti di Facebook