Facebook bukan Tuhan & Tuhan tidak menggunakan Facebook
Perkembangan informasi melalui dunia internet
di Indonesia sangatlah pesat, berbicara tentang internet pastinya kita juga
telah mengenal sosial media, sosial media merupakan media yang digunakan untuk
bersosialisasi dan dilakukan secara online. Karena dilakukannya di dunia maya,
sosial media tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Kapanpun, dimanapun, dan
siapapun bisa bersosialisasi dengan sosial media.
Sosial media memiliki banyak kategori
dan fungsi yang berbeda-beda, diantaranya adalah Social Network (jejaring
sosial), ada beberapa contoh jejaring sosial yang sangat populer seperti : Facebook,
MySpace, Linked In, Path, dan masih banyak lagi.
Saat ini siapa yang tak
kenal Facebook, situs jejaring sosial yang memang fenomenal hingga saat ini.
Peminatnya bukan saja remaja, tetapi orang-orang yang berumur sekalipun, artis,
bahkan sampai politikus yang ingin menjadikannya sebagai alat politik untuk
berkampanye. Situs yang dibuat oleh pemuda bernama Mark Zuckerbeg ini sekarang
memiliki lebih dari 600 juta pengguna aktif, di Indonesia sendiri adalah
peringkat ke dua terbanyak pengguna Facebook sebanyak lebih dari 12 juta di
lansir dari www.tempointeraktif.com. Pengguna Facebook dapat membuat profil
pribadi, menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan, termasuk
pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu,
pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna yang memiliki tujuan tertentu.
Dari sekian banyak pengguna Facebook
kita bisa membayangkan bagaimana traffic disini, dan yang paling mengagetkan
mereka membuat akun di Facebook sebagai trend karena sebelumnya mereka tidak
mengenal internet sama sekali, disini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia
belum siap dengan adanya Facebook karena sebenarnya mereka tidak tahu apa
peluang yang bisa di dapat di Facebook.
Banyak beberapa fakta yang mungkin tak
pernah terduga sebenarnya oleh pemikiran kita tentang Facebook itu sendiri,
diantaranya adalah 35 juta orang mengubah status Facebooknya setiap hari, dari
35 juta itulah berbagai kalimat maupun kata ditulis oleh pengguna aktif Facebook,
mulai dari menulis status cerita keadaan, curhat, hingga berdoapun kini banyak
kita temukan di Facebook.
Sering saya membaca
wall/notes dari teman-teman saya di Facebook. Kadang saya menemukan wall yang
bertuliskan doa memohon petunjuk atau memohon mukzizat dari Tuhan. Terus terang
saya bingung membaca tulisan tersebut, karena saya berfikir ”Berdoa kok lewat Facebook?,
Apa Tuhan punya akun Facebook?" rasanya sangat aneh kalau Tuhan punya akun
Facebook.
Di Facebook saya coba mencari Tuhan.
Setelah memasukkan kata “Tuhan” di kolom pencarian, muncul sebuah akun. Tapi
itu bukan milik-Nya (dengan N kapital), melainkan kepunyaan sebuah band dari
Turki. Entah apa arti Tuhan dalam bahasa Turki, karena di kamus online (Google
Translate) tak menemukannya, dengan kata lain "Sayapun gagal mencari Tuhan
di Facebook!". Kalau pun ada Tuhan di Facebook, itu adalah akun dan fanpage yang dibuat oleh para penggemar
Tuhan.
Mungkin Anda bertanya, kenapa saya iseng
mencari Tuhan di jejaring sosial, meski semua orang waras tahu, pencarian itu
akan gagal. Keisengan itu muncul karena saya penasaran dengan sejumlah status Facebook
dalam bentuk doa. Lalu kenapa orang berdoa di Facebook, jika Tuhan tak ada
disana?
Menurut sebagian besar tokoh agama,
permohonan kepada Tuhan harus disampaikan secara langsung. Doa adalah dialog
pribadi antara kita dan Dia. Tapi kini kita melihat begitu banyak doa tertulis
di dunia maya dan bisa dibaca oleh jutaan orang. Mereka mungkin berharap, Tuhan
akan membaca status itu dan mengabulkannya.
Sebenarnya update
status doa di Facebook adalah hak semua orang namun "apakah semua itu
tepat dan benar menurut agama kita?" mari kita coba lihat sedikit
penjelasan yang dilansir oleh cakrawalamuslim.wordpress.com yaitu tentang
bagaimana tata cara berdoa yang benar menurut ajaran islam, dan bagaimana cara
pengguna Facebook berdoa di dalam update status Facebook, sekaligus bahasan
mengenai perbandingan serta persamaan dan perbedaan adab berdoa dari keduanya.
Adab berdoa menurut islam : Menghadap
ke kiblat, ditujukan kepada Allah, niat secara ikhlas, mengeluarkan suara
lirih dari mulut, bahkan didalam hati, menengadahkan tangan ke langit atau
muka.
|
Adab berdoa dalam Facebook : Menulis kalimat melalui keyboard
menggunakan jari untuk mengetik huruf yang tersedia di keyboard, ditujukan
kepada teman-temannya di Facebook karena memang untuk kalangan Facebook,
menggunakan organ ujung jari untuk menyusun kata-kata doa supaya tampil di
layar.
|
Berdasarkan persamaanya maka bisa di
nilai bahwa niat dari keduanya adalah sama-sama berniat berdoa, tetapi setelah
kita nilai perbandingan dan perbedaan dari dua adab tersebut, maka jelaslah
bahwa telah terjadi perbedaan yang banyak dalam banyak hal, perbedaan pada tata
cara dalam berdoa, terlebih pada cara atau tindakan nyata dalam melakukan doa,
sehingga bisa dikatakan berdoa di Facebook sudah pada ambang peyimpangan bahkan
sudah mendekati kesyirikan dan kesesatan bahkan menjurus ke arah membuat ajaran
baru dalam islam, yaitu dalam bab adab berdoa.
“Kenapa tidak?” kata itulah yang kerap
keluar dari seseorang yang kerap berdoa di Facebook. “Tuhan Maha Mendengar, Dia
pasti juga tahu apa yang kita sampaikan lewat media online.” Benar, tapi apa
perlunya? Kenapa tidak disampaikan dengan khidmat dan khusuk? “Soal kekhusukan,
itu tergantung niat,” seseorang itu menjawab. “Kalau kita menulis status itu
dengan khusuk, apa salahnya?”
Tentu tak salah, tapi jawaban itu tidak
memuaskan. Hanya berkelit dan terkesan defensif atau bertahan saja.
Padahal setelah saya melihat sebagian
besar doa itu berisi pengumuman. Misalnya, “Terima kasih Tuhan, Kau telah
melancarkan urusanku ini.” Meski berbentuk doa, sebenarnya mereka hanya ingin
mengatakan kepada dunia bahwa dia telah berhasil melakukan suatu pekerjaan.
Dengan membuat status berbentuk doa, mereka mungkin berharap pengumuman itu
tidak terdengar pamer keberhasilan.
Model itu sama dengan model keluh kesah,
seperti “Ya Allah, hari ini terasa berat, ringankanlah bebanku.” Dengan doa
seperti ini mereka sebenarnya ingin berbagi dengan orang lain. Yang mereka
harapkan adalah komentar dari teman-teman: “Sabar ya bu/pak ...”
Yang agak aneh sebenarnya adalah
menjadikan Tuhan sebagai “sasaran antara” untuk menyentil orang lain. Misalnya,
“Tuhan, sadarkanlah dirinya.” Penulis status ini jelas ingin agar orang yang
dituju membaca doa itu dan terusik. Biasanya, komentar dari teman-teman mereka
akan berbunyi: “Siapa sih dia?” Dan penulis status akan menjawab: “Ada deh …”
Tentu saja, pemilik akun itu sah-sah
saja menulis status apa pun. Akun-akun dia, apa hak kita melarangnya? Tapi,
kiranya saya masih percaya, Tuhan lebih mendengar doa yang disampaikan secara
langsung, lirih, dan dalam kesepian. Bukan di media sosial yang berisik.
Selain kontroversi
masalah doa yang ditulis pada status Facebook, yang seolah-olah Tuhan mempunyai
akun Facebook, kini kiranya kita juga akan memahami bahwa Facebook itu bukan
Tuhan, seperti yang ditulis oleh wikarso.blogdetik.com sebagai berikut.
Sikap berlebih di Facebook yang
menyebabkan seakan-akan menuhankan Facebook :
- Melalaikan
Kewajiban
Lebih mementingkan Facebook dari pada
memenuhi kewajiban agama. Yakni lebih memilih Facebook dari pada
perintah-perintah agama. Misalkan saja, hal ini bisa dilihat ketika
dikumandangkan adzan, ada orang lebih memilih Facebook dari pada melaksanakan
sholat. Facebook dijadikan hal utama ketimbang sholat. Akibatnya sholat menjadi
terbengkalai, waktu pelaksanannya pun diundur-undur sampai mendekati akhir
waktu.
Bahkan ada yang tidak sholat lantaran
bergelut dengan Facebook yang saat itu sedang asyik. Sehingga jika dipotong
untuk sholat sejenak seakan-akan kenikmatan dan keseruan hidup dicabut.
Dan banyak kewajiban-kewajiban lain yang
diselewengkan akibat lebih mementingkan Facebook. Kewajiban itu seperti membawa
Al Quran, talim, menolong sesama muslim, dan lain-lain. Dan sejatinya dengan
memilih Facebook dari pada kewajiban menandakan lebih mementingkan Facebook dan
melalaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Taala sebagai Tuhan. Hak-hak itu telah
kita dilimpahkan kepada Facebook yang sejatinya hanya makhluk. Bukankah sikap
ini termasuk salah satu tanda menuhankan Facebook?
- Mengisi
Hidup Dengan BerFacebook
Ada sebagian orang yang menghabiskan
sebagian waktu hari-harinya hanya untuk ber Facebook-an. Mereka meluangkan
harinya dengan ber-Facebook ria. Mereka betul-betul menjadi maniak dengan Facebook.
Sampai-sampai dari bangun tidur sampai menjelang tidur Facebook sangat melekat
di hatinya hingga tidak bisa dipisahkan. Jika dipisahkan maka seakan-akan telah
dipisahkan jantung dari badannya (untuk menggambarkan begitu dekatnya Facebook
dengan orang tersebut).
Lihat saja orang seperti diatas ketika
bangun dari tidur, yang ia lakukan pertama kali bukanlah berdoa. Tetapi ia
ambil hpnya dan langsung ber Facebook-an. Selepas bangun dari tidur, ia isi
kegiatannya dengan memainkan hp miliknya. Tak lain dan tak bukan hanya untuk
ber Facebook-an. Jari jemarinya menari di atas keypad dengan membubuhkan status
yang lebay, berkomentar dengan nada mengejek, marah dan penuh kebencian. Ia
barengi aktifitasnya dengan Facebook-an. Mulai dari makan, belajar, bekerja
sampai di saat mandi dan buang air besar sekalipun. Hari-harinya diisi dengan
kegiatan yang sia-sia. Di malam hari, di saat akan menutup mata (tidur), ia
meninabobokan dirinya dengan Facebook. Sampai ia tidur pulas di atas belaian Facebook.
Ia lupa berdoa. Padahal kita tahu, banyak sekali keutamaan-keutamaan doa ketika
bangun dan menjelang tidur. Keutamaan itu antara lain akan dijaga tidurnya
sampai ia bangun.
Sebenarnya
semua Facebook tidaklah menjerumuskan kita, jika kita bisa slalu waspada dan
introspeksi diri, banyak manfaat juga yang dihasilkan oleh jejaring sosial ini
salah satunya adalah media relationship yang digunakan untuk membuat mutual
relationship dan mengambil hal-hal positif disana, semua tergantung pada diri
kita masing-masing mau menuju kearah yang mana.
Dari penjelasan di atas bukan berarti
terlarang sama sekali menggunakan Facebook. Tetapi harus bersikap hati-hati
dalam menggunakannya.
Memanfaatkan Facebook seperlunya dengan
penuh hikmah. Misalkan untuk bersilaturrahim dan berbagi ilmu. Hal-hal yang
perlu diperhatikan ketika Facebook-an adalah tidak berlebihan (ghuluw) dalam
update status dan waktu, selain itu berdoa tidak harus diumbar dan diumumkan
kepada teman-teman dan keluarga. Berdoa cukup dilakukan antara dirimu dengan
Tuhan kita. Hidup ini sebaiknya dijalankan dengan wajar, tidak perlu
berlebihan. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada menjadi orang yang selalu
membawa topeng atau bermuka dua.
Sumber Referensi :
- www.apasih.com
- www.tempointeraktif.com
- blog.tempointeraktif.com
- cakrawalamuslim.wordpress.com
- wikarso.blogdetik.com
- almirarahmanita.blogspot.com
- marketingpalsu.wordpress.com
- kolomkita.detik.com
Posting Komentar